Untuk Seseorang dalam Cermin - #30HMSC2
Sudah lima menit aku berdiri disini, melihat kedalam matanya, mencari
sedikit kepastian, tapi yang kutemukan hanyalah rasa bimbang dan segelas keraguan.
Kutatap sekali lagi, dan perlahan aku bisa melihat sehembus angin cinta yang
ditiup entah untuk siapa, untuk pacarnya mungkin?
Tidak ada yang aneh dari wajahnya, kuteliti sekali lagi, hanya rambut
berponi sebelah yang sedikit acak-acakan, alis mata tipis mengait, membuat
kerutan di dahi seolah sedang berpikir, tak lama kemudian ia terlihat murung,
mengumbar kesedihan dibalik mukanya.
“Apa kabarmu disana? Apakah kau baik baik saja?” Katanya dalam hening,
seolah memasuki pikiranku
“Ya, aku baik baik saja kelihatannya, apa kau baik baik saja?”Jawabku.
“Tidak, aku sedang tidak baik baik saja, kau tahu itu” Tegasnya, ia
melihatku dengan tatapan tajam, menyelidik penuh keraguan
“Kau sedang patah hati bukan?” Tanyaku kembali, sekedar memastikan.
Ia mengangguk, kemudian sunyi tiga puluh detik. Aku tahu masalahnya pelik. Ini
bukan masalah sepele, ini masalah cinta. Sesuatu yang sangat rumit bahkan aku
sendiri tidak pernah memahaminya dengan benar..
“Perempuan itu harusnya sadar, bahwa tidak ada seorangpun yang
mencintainya lebih dari dirimu, teman” Aku mencoba menghiburnya dengan kata
kata, ia bereaksi seolah setuju dengan perkataanku, menatapku lebih dalam.
“Perempuan itu harusnya memilihmu, bukan lakilaki itu, bahkan langit
dan seluruh isinya tahu bahwa cintamu lebih besar kepadanya jauh melebihi
cintamu pada siapapun didunia ini” Tambahku kemudian, ia mengangguk lemas.
“Tapi cukuplah, jangan kau bersedih lagi teman, masih banyak
perempuan-perempuan lain yang menunggu untuk kau cintai dengan rasa cinta sebesar
itu, anggap ia bukan jodohmu. Atau banyak banyak kau berdoa, jika Tuhan
menghendaki, barangkali ada kesempatan untuk perempuan itu kembali padamu” Aku
menasehatinya.. Sejurus kemudian ia tersenyum, manis sekali. Detik berikutnya
aku jatuh hati.
“Tahukah kau kalau aku mencintaimu?” Tanyaku
“Aku tahu, karena itu kau menolongku, karena hanya dengan itu kau
bisa mencintaiku” Jawabnya pelan.
Aku menatap matanya lagi, mencari sedikit kepastian, tapi matanya
penuh keyakinan, tak sedikitpun ada benang keraguan terlilit, ada rasa puas
disana. Aku tahu itu, karena aku merasakannya. Malam sudah semakin larut, aku
berbalik menjauhi cermin dikamarku, menulis surat cinta untuk diriku sendiri, lalu membuka lembar kosong baru dalam kehidupan,
tak ternoda segores tinta pena.
Baru mampir udah suka sama tulisannya :)
ReplyDeletewww.fikrimaulanaa.com
Makasih hehee
ReplyDelete