Hati yang Menangis
Malam itu hujan
baru saja turun, deras sekali, selepas azan maghrib berkumandang dan senja
berakhir, awan gelap langsung menyerbu penjuru kota, selang beberapa menit
kemudian hujan. Melunturkan debu jalanan dan kebisingan kota. Cindy masih
disana, duduk disudut restaurant, menikmati indah malam, galau, ada seseorang yang spesial dihadapannya.
“Kita harus mengakhiri
hubungan ini, dita”
Cindy menghela nafas pelan,
berusaha memilih kata yang tepat.
“Hubungan kita tidak
wajar, aku sungguh tidak lesbi , aku
mencintainya dita, aku mencintai lelaki itu, aku mencintai kakakmu”
Cindy menundukkan kepala,
tak mampu menatap, Dita yang duduk dihadapannya terdiam, jantungnya berdetak tak
karuan, merasa hatinya jatuh.
“Sungguh, aku tak berniat
mengecewakanmu, kita berteman dekat bukan? Kau sungguh sudah aku anggap sebagai
adik sendiri, rasa sayang kakak terhadap adik, bukan layaknya sepasang kekasih,
lagipula kita sesama… wanita”
Hening menyergap, Dita
membisu, menatap kendaraan kendaraan dari kaca lantai dua restaurant ini, semua
sama persis dengan tahun lalu, saat cindy pertama kali menyatakan perasaannya
yang tidak normal itu pada dita, lampu-lampu jalanan yang menghangatkan, bunyi
klakson kendaraan yang membuncah dan tentunya hujan, yang membawa mereka hanyut
kedalam permainan cinta...
Cindy meneguk softdrink,
air matanya mengalir pelan, tidak tahu harus berkata apa
apa lagi, menatap gemelut sendu yang memancar diwajah dita.
“Kita hanya sahabat, aku
mencintaimu, aku mencintaimu sebagai sahabatku, sebagai adikku… ”
Dita masih belum bisa
berkata kata, dia tahu ini akan terjadi, dia tahu ini semua akan terjadi,
lagipula apa kata semua orang bila dia mencintai perempuan?. Dita hanya
terdiam, berharap hujan reda dan ia bisa pulang secepatnya. Barangkali Cindy
benar, cinta sebagai sahabat, cinta sebagai adik, bukan cinta sebagai kekasih.
Tapi ini beda, cindy terlihat begitu spesial dimatanya, rambutnya dipotong pendek,
mirip laki laki, cantik, manis, perhatian dan senyum nya itu yang bikin dita
tak karuan.
“Aku mau pulang”
Hanya itu yang bisa dikatakan dita, sedikit terisak, menahan tangis. Terlalu
kekanakan untuk umurnya yang sekarang. Dita merasa hatinya benar benar hancur.
Kesal. Cindy sama saja seperti mantannya! Cuman beda kelamin aja, tak hanya ada
cowok brengsek! Cewek brengsek dan php juga banyak didunia ini!
Hujan masih
belum mereda, cindy masih sedikit ragu, takut dita bertindak macam macam, dia
memegang tangan dita, mencoba menatap matanya.
“Please, kita
sahabatan kayak dulu yah”
Dita kembali
terdiam, hatinya menangis bersama hujan malam ini, malah semakin deras, air
matanya perlahan mengalir membasahi pipinya, dia masih belum menemukan jawaban
atas semuanya, atas perasaan ini, dan atas hujan yang belum mau mereda
sedikitpun malam ini.
Comments
Post a Comment