Tuhan Tolong
Malam ini, hujan turun lagi, langit menangis tak henti
hentinya sejak petang tadi, membuat udara dingin menyejukkan. Malam ini, Aku menangis bersama hujan entah untuk
keberapa kalinya.
Dia seperti malaikat bagiku, aku tak tahu bagaimana harus
mengatakannya, dia sudah kukagumi sejak semester satu. Kami sudah dekat, kukira
dia tak hanya seorang pemberi harapan palsu, tapi memang begitulah kenyatannya.
Perlahan mozaik masa lalu menguak dihadapanku bersama tetes
demi tetes hujan yang mengalun indah ditelinga, membuat hatiku kembali
tersakiti sedikit demi sedikit…
Tuhan tolong…
***
Namanya Ferdo, keturunan orang barat, mukanya putih,
rambutnya dipotong pendek, berkacamata. Seorang penganut Agama yang taat, baik,
pintar, ramah, sorot matanya tajam, tapi meneduhkan, membuat orang orang menjadi
nyaman disekitarnya, dia tegas dan bijaksana, aku suka itu. Dia laki laki kedua
yang kukagumi setelah Ayahku.
Pada awalnya, aku tak tahu mengapa aku begitu mengaguminya, kukira
aku hanya kagum biasa, namun aku sadar kalau aku sudah terlanjur mencintainya.
Tuhan tolong…
***
Kami sudah dekat sejak dahulu, sejak rambutku masih dikepang
dua, berbelit pita warna oranye, sejak kepalanya masih gundul tak berambut,
sejak masa masa ospek, sejak senyumnya untuk pertama kalinya membekas dihatiku.
Aku tidak tahu
perasaannya yang sebenarnya kepadaku, kukira dia menyukaiku, lebih tepatnya, kukira
dia mencintaiku, kutunggu dia menyatakannya, kutunggu, dan harapanku tak kunjung
tiba, kenyatannya, dia tidak mencintaiku.
Tuhan tolong…
***
Hatiku teriris saat dia mengatakan kalau dia mencintai Riri,
sahabatku sendiri. Alasan dia mendekatiku pada awalnya hanya karena Riri? Hanya
karena aku dan Riri sahabat dekat, lantas dia memanfaatkanku untuk mendekatinya
perlahan?
Aku terluka, dan perlahan tetes air mataku mengalir
membasahi pipi…
Tuhan tolong…
***
Riri tak pernah mencintainya, aku tahu, dia hanya diam
seribu bahasa setelah itu, kami tetap dekat, semakin dekat, aku tak tahu dia
menganggap aku sebagai apa, temankah? Sahabatkah? Adik? Atau dia menganggapku
orang yang special dihatinya… Aku tak pernah tau… Kuharap Aku tak pernah tau…
Kukenalkan dia dengan sahabat dekatku yang lainnya, Rina,
mereka ternyata saling mencintai, sekarang kami tak begitu dekat seperti
dahulu, perlahan dia menjauh dariku, meninggalkanku sendiri terpasung dalam luka
yang semakin dalam menyiksa hati…
Terkadang, aku menyesal, kenapa kukenalkan sahabatku itu
padanya, Namun perlahan, aku akan pergi meninggalkannya, meski kutahu, hatiku sebenarnya tak akan
rela…
Tuhan tolong…