CERPEN : SURAT UNTUKMU DISANA


- SURAT UNTUKMU DISANA -

Dari sini semua terlihat jelas, toba dingin menyejukkan, semuanya, bahkan samosirpun tampak kokoh terlihat disini, biru langit teduh, pohon beringin itu, jejak jalan setapak, segalanya, bahkan itu terlalu sulit untuk dilupakan, sampai tiba saat ini pun rasanya semuanya masih baru, tak tersentuh, tak berubah meski dimakan waktu, tak terkecuali perasaanku padamu.


Aku tak pernah tau perasaanmu kepadaku, takkan pernah, kau begitu pemalu, bahkan sejak rambutku dikepang satu, saat benih benih perasaan itu muncul ketika melihatmu, lalu ia tiba dihatiku.

Dari sini, semuanya berawal, dari sini, benih benih cinta itu mulai tumbuh di masa remajaku, dari sini, semuanya bermula, bahkan kau memendam perasaanmu itu disini, walau tak pasti, sudah sedaridulu aku menunggu itu.

Kau masih ingat ketika kita berjumpa tiga belas tahun lalu disini? Kau memainkan juntaian daun beringin yang menjulang tinggi itu sendirian, tak ada yang menemani, tak seorangpun, bahkan kau begitu pendiam sampai saat aku menyapamu petang kala itu, mata teduhmu menatap senja di danau toba, melirik sinar mentari yang memantul diatas air, menghangatkan.

Aku masih ingat benar kejadian yang membuat kita berpisah, bahkan untuk selamanya, saat itu senja tiga tahun lalu, aku menunggu petang disini, ditempat kenangan kita, bersama kau dan Cakka, Pacarku dan Temanmu. Kau rela mengorbankan nyawamu sendiri demi aku? Sedangkan cakka? Dia brengsek! Meninggalkan diriku sendiri hampir diperkosa preman mabuk yang tiba tiba saja menyerang kita.

Ketahuilah, aku sebenarnya tidak benar benar mencintai dia. Bahkan aku dilanda dilema ketika dia menyatakan perasaannya padaku, aku menunggumu, masih menunggumu menyatakan perasaanmu kepadaku, seminggu, kau tak berbuat apapapun, kau memendamnya, bahkan kau menjauh dariku, padahal kita saling mencintai, aku tau itu. Aku tak bisa berbuat banyak, aku masih menunggu, hingga saat ini. Obiet, kamu selamanya dihatiku, selamanya, meski tangis di Nisanmu takkan membuatmu kembali ke kehidupan dunia, namun ku tahu, kau masih menungguku di surga sana.

*Aku bagai Merpati yang meneguk air matanya sendiri, tak sanggup kehilangan kekasih hati, tetap sendiri, bersikukuh menjalani hidup sampai ajal menjemput, karena kesetiaan, karena semua itu jalan kehidupan*

Salam Sayang,

OIK

Nb: Surat ini aku tulis tepat tiga tahun kepergianmu, dan ku kubur di nisanmu, aku ingin kau mengingat semuanya disana

Comments

Popular Posts