CERPEN : SEPASANG CINCIN DI HATI MEREKA
– SEPASANG CINCIN DI HATI MEREKA -
“kau tak pernah mengatakannya!” Diki menggertak tegas gadis yang ada disampingnya, tersenyum tipis, tak berani menatap, memalingkan wajah, menatap dingin langit malam.
“aku menunggumu, aku menunggumu mengatakannya, aku menunggumu menyatakannya diki! kau membiarkanku mati dalam penantian panjang” Diki terdiam, hanyut oleh perasaannya, bagaimana tidak? Sebulan yang lalu dia mendapat kabar bahwa Sinta, teman perempuan dekatnya sudah bertunangan dengan Ferdy, Senior-nya di kampus, yang sekarang sudah bekerja di salah satu perusahaan besar di Indonesia. Bukankah itu cukup menyakitkan? Terlebih lagi dia memang mempunyai perasaan lebih terhadap sinta, bukan sahabat, lebih dari sahabat, perasaan tulus dari seorang lelaki kepada lawan jenisnya. Diki kembali menatap sinta, Sinta menatap diki, mereka hanyut dalam sepi
“aku mencintaimu diki, lebih dari apapun, bahkan pertunangan itu tidak sepenuhnya benar , aku tidak mencintainya!”
“lantas kenapa kau mau menikahinya sinta??? Aku menunggumu, selalu! ” diki mendesis berat, melengos, menatap Sinta kesal.
“justru aku yang menunggumu diki! Kau tak pernah menyatakan perasaanmu! Kau membuatku menunggu terlalu lama, enam tahun? Bukankah kita sudah mengenal dekat, bahkan lebih dekat? Semenjak SMA perasaan ini terus mengusikku diki, tak sadarkah engkau?” Sinta terisak, menyeka ujung matanya, dia tak ingin segalanya sia sia malam itu, satu jawaban harus dia terima sebelum memutuskan segalanya.
“dan kau memilih danau ini sebagai tempat mengucapkan salam perpisahan? Disini kita bertemu enam tahun yang lalu, dan disini kita akan berpisah?” Diki terkekeh, tersenyum getir, menahan pilu dalam hatinya yang kelu
“kau belum sadar diki, aku tahu kau mencintaiku, dan aku mencintaimu, bukankah kita sepasang hati?” sinta mempertegas ucapannya.
“kau membuatnya berantakan, kau malah mau menikahi dia! Kau membohongi perasaanmu!” teriakan diki menggema sekali, menggetarkan permukaan air yang sepi tak mengalir. Sinta terisak, memalingkan muka, rambutnya terbuai angin malam, Diki menatapnya sekali. Bahkan Gadis berbaju biru itu terlalu cantik dihadapannya, dia tidak bisa melepasnya, dia terlalu mencintainya.
“maaf, aku harusnya tak sekasar itu” Diki menyela hening pembatas kata, meraih tangan sinta, mendekapnya erat, menyeka wajah sinta yang berurai air mata.
“aku tahu, pernikahan itu, aku tak menghendakinya, ayahku yang memutuskannya, dan aku tidak mau menjadi anak yang durhaka”
“lantas kau menerimanya? Kau menerima pernikahan itu?” Diki menatap tertunduk, dia tak kuasa, tak lagi berteriak teriak, merendahkan nada suaranya.
“aku hanya menerima pertunangannya, tidak untuk pernikahannya, karena aku tahu, hanya kau lah yang berhak mengisi hatiku diki, tidak Ferdy ataupun yang lainnya! kau lihat cincin ini?” Diki menoleh, Sinta melepas cincin yang ada di jari manis tangan kanannya, menggenggamnya erat, lantas melemparnya ke dalam danau, benda berkilauan itu dalam sekejap hilang dimakan pekat air.
“aku tidak butuh cincin seperti itu, yang kubutuhkan hanyalah sepasang cincin yang saling mengait, satu dihatiku, dan satu di hatimu, dan ketika cinta mengatakannya, cinta itu terlalu berharga untuk dinilai dengan uang ataupun barang” Sinta mendekap Diki Kuat, diki menerimanya, tersenyum bahagia, cinta-nya tak akan berakhir, cinta-nya tak akan mati terkubur, cinta-nya terbalaskan.
“sinta, aku ingin mengatakan, aku ingin menyatakan bahwa aku sangat mencintaimu, bukankah aku belum pernah mengatakan sebelumnya?” Tanya diki, sok romantis, sinta jadi geli
“aku menunggu kau mengatakan itu bahkan sebelum aku dilahirkan kedunia” jawab sinta hiperbolis, diki tergelak, langit malam terlalu kelam untuk merayakan semua itu, dia belum tahu kepastiannya.
“lantas, ferdy?” Tanya diki seketika, melepas pelukan mereka berdua.
“bawa aku lari diki, bawa aku menuju puncak cinta kita” Jawab sinta, diki tak merespon, bingung, dia belum siap untuk menikah, bahkan dia masih magang di salah satu perusahaan di kota itu, belum mengumpulkan apapun untuk persiapan pernikahan yang harusnya dirayakkan secara besar besaran
“Apa aku harus menikahimu secepat ini?” tanyanya pelan, Sinta tersenyum tipis, tak ada jawaban. malam itu, rembulan membantu mereka menemukan sepasang cincin di hati mereka yang saling mencintai, Langit malam bersenandung, membawakan mereka bintang terang gilang gemilang untuk dijadikan saksi bisu atas sumpah cinta, yang semoga akan membawa pada kebahagiaan mereka untuk selamanya.
Comments
Post a Comment